Lanjut ke konten

Indahnya Berzakat

September 22, 2010

“Bulan ini apa lagi yang musti di beli ya? Or Week end kali ini mau jalan ke mana? Hm … “ tiap kali kelebihan rizki menghampiri. Mengapa bukan “ Dari uang ini berapakah yang musti aku sisihkan untuk infak/ sodaqoh dan zakat ?

Ya. Bebelanja untuk kebutuhan  pribadi memang terasa lebih nikmat ketimbang berbagi dengan orang lain. Benar begitu sahabat ?

Tak perlu sungkan untuk jujur pada diri sendiri. Sebab memang begitulah fitrah kita sebagai manusia. Selalu mengingikan lebh, lebih dan lebih. Yang jadi masalahnya sekarang adalah apakah segala kelebihan tersebut kelak menyertai kita saat maut menjemput?

Sahabat, sejatinya dalam harta yang Allah Swt titipkan kepada kita terkandung pula hak – hak orang lain. Sengaja Ia titipkan ini pada kita agar kita memiliki kesempatan untuk “ berbagi” kepada mereka yang membutuhkan. Atas segala kepedulian itu baik berupa infak, sodaqoh dan zakat, Allah Swt telah menyiapkan serangkain “ bonus “ yang dapat kita nikmati di dunia maupun sebagai bekal disaat kelak megahadap-Nya.

Zakat memliki posisi yang penting dalam Islam. Sebab zakat termasuk  dalam rukun Islam  dan hukumnya wajib (fardhu’ain) bagi yang mampu. Hingga bila hal ini dilalaikan otomatis keislamannya diragukan.

Sebegitu pentingkah?

Jika mereka bertobat, mendirkan shalat dan menunaikan zakat maka (mereka itu) adalah saudara- saudaramu seagama” (QS. At Tawbah : 11). Pungutlah zakat dar sebagian kekayaan mereka dengan zakat itu  kamu membersihkan dan mensucikan mereka” (QS. At Tawbah : 103).“Dan apa yang kamu berikan  berupa zakat  yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang – orang yang melipatgandakan (pahalaya) .(QS. Ar Rum : 39 )“Dan orang – orang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat  dan mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya; seseungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At Tawbah : 71)

Sahabat, memang secara matematis jumlah nominal harta kita akan berkurang karena dikeluarkan untuk zakat tetapi nilainya justru bertambah, karena keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih besar. Mengapa demikian? Karena harta itu akan menjadi bersih, kemudian berkah, lalu tumbuh dan berkembang, sebagaimana arti dari zakat itu, yang berasal dari kata”Zaka”, yaitu :Tumbuh dan Berkembang. Dan bukankah setiap orang menginginkan harta yang berkah, sehingga hidupnya nyaman, mudah, tentram serta terlindung dari kegelisahan dan kekhawatiran tak terkecuali sahabat sekalian?

Melalui zakat, Allah SWT menyucikan harta, dan menghendaki kebaikan untuk kehidupan manusia melalui syari’at-Nya, di antaranya agar tolong menolong, gotong royong, dan selalu menjalin persaudaraan. Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial dalam kehidupan adalah sunatullah yang tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Bahkan dengan adanya perbedaan status sosial itu kita memilik kesempatan untuk  saling berbagi dan menjalin silaturahim antara satu dengan lainnya. Alhasil zakat menjadi  salah satu instrumen paling efektif untuk menyatukan umat manusia dalam naungan kecintaan dan kedamaian hidupnya di dunia untuk menggapai kebaikan di akhirat

Dengan demikian, ketika sahabat sekalian telah menunaikan zakat berarti secra tidak langsung sahabat telah turut membangun tatanan yang lebih baik dengan memberikan hak-hak orang lain yang kebetulan dititipkan Allah Swt pada Anda, menegakkan Islam, dan menolong mereka yang lemah. Sebaliknya, bila tanpa sengaja sahabat telah meninggalkan kewajiban berzakat maka secara tidak langsung sahabat telah merusak tatanan sosial ekonomi, mengambil hak-hak orang lain, merobohkan Islam, dan tega membiarkan orang-orang lemah (dhu’afa) hidup dalam penderitaan dan kesusahan. Astaghfirullah. Tegakah engkau sahabat?

Bila ternyata  demikian( pilihan terakhir yang dipilih), maaf Allah Swt telah menyiapkan azab yang pedih di akhirat bagi mereka yang melalaikan zakat.

“…Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS At-Taubah [9]: 34-35)

Tak ada salahnya  di akhir penuturan ini kita bercermin pada kisah seorang tabi’in benama Uwais Al−Qorni. Walaupun hidupnya tergolong miskin, dengan pakaian yang penuh tambalan dan bekerja hanya sebagai penggembala, tetapi Uwais mengatakan : Aku ini adalah penggembala dengan gaji 4 dirham, tapi semuanya tidak masuk ke perutku. Artinya adalah setiap kali Uwais menerima gaji, saat itu pula ia mengeluarkan sedekahnya untuk fakir miskin. Dalam sejarah kehidupan Uwais juga tercatat, dia biasa makan makanan yang diambil dari tempat sampah, setelah dibersihkan, lalu dibelahnya menjadi dua (2) bagian. Yang separuh dimakan dan sisanya disedekahkan. Subhanallah

Mari berzakat sahabat, jangan nodai hartamu

( ditulis oleh: T. Widiyah. R, dari berbagai sumber )

From → Artikel, Zakat

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar